Perilaku
konsumen adalah proses dan aktivitas ketika
seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan
keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau
jasa. Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna
berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang,
kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar. Mereka
mampu memprediksi julah penerimaan untuk suatu periode konsumsi. Berikut ini
adalah wujud dari konsumen.
Menurut
Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dapat
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat
dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk
proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan
tersebut. Loudon dan Bitta (1984) mendefinisikan perilaku konsumen yaitu
sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang
dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mempergunakan barang-barang dan
jasa. Menurut Peter dan Oslo (dalam Rangkuti, 2002) menyatakan bahwa perilaku
konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan
kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup
mereka.
Gerald
Zaltman dan Melanie Wallendorf menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu,
kelompok dan oraganisasi dalam mendapatkan, menggunakan sesuatu produk sebagai
suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber-sumber lainnya.
Perilaku Konsumen Indonesia
Menurut Handi Irawan perilaku konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu:
1.
Berpikir jangka
pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia
hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang,
salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2.
Tidak terencana
(dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse
buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa perencanaan
sebelumnya).
3.
Suka berkumpul.
Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah
satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan
Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4.
Gagap teknologi
(not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak
begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya
menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5.
Berorientasi
pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai
dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks
yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.
6.
Suka buatan
Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih
menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang
kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia.
7. Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli
terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang
percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu
dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka
dengan produk yang mengusung symbol-simbol agama.
8.
Gengsi (putting
prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi.
Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya
urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita
pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya
yang menyebabkan
gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
9.
Budaya lokal
(strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk
luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi.
Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.
10.
Kurang peduli
lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu karakter
konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu
lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap
lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan
begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu
lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium
sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema
ramah lingkungan terhadap mereka.
sumber: http://rianhenry2.blogspot.com/2012/03/teori-organisasi-umum-2-perilaku.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen
sumber: http://rianhenry2.blogspot.com/2012/03/teori-organisasi-umum-2-perilaku.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen
0 komentar:
Posting Komentar